BEM PESANTREN SE-INDONESIA : Refleksi Pendidikan Indonesia dihari Kemerdekaan

IMG 20210817 WA0216

Jakarta, Inspirasijurnalis.com – 76 tahun Indonesia merdeka, ada banyak hal menarik dari dunia pendidikan di Indonesia. Dari Ki Hadjar Dewantara resmi sebagai Menteri Pengajaran Republik Indonesia (19 Agustus 1945), sampai Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (23 Oktober 2019 – sekarang), banyak catatan penting yang menjadi perhatian masyarakat.
Presnas Bem Pesantren M. Naqib Abdullah mengatakan “ Kita harus selalu mengingat slogan dari Ki Hadjar Dewantara, Ing ngarsa sungtulada, ing madya mengun karsa, tut wuri handayani, (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan)”.
Ditengah pandemi seperti sekarang ini, kita harus mengaungkan Spirit pendidikan yang dibangun oleh Ki Hadjar pada saat itu yang membangun spirit pasca kemerdekaan. Konteks dari masyarakat saat itu sedang dalam tahap membangun mental dan identitas setelah mengalami proses penjajahan yang panjang. Konteks itulah yang menjadi semangat dalam meletakkan dasar pendidikan pada saat itu. Bagaimana masyarakat Indonesia tidak hanya mendapatkan kesempatan belajar, tetapi membangun kembali mentalitas dan wawasan sebagai orang Indonesia. Semangat kebangsaan tersebut telah dilembagakan oleh Ki Hadjar dengan mendirikan sekolah Taman Siswa di Yogyakarta (1922).
“ Seharusnya kemerdekaan yang ke 76 ini tidak hanya untuk kemerdekaan Indonesia saja, akan tetapi juga harus tentang kemerdekaan di bidang pendidikan, karena salah satu cita-cita para pendiri bangsa yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, walaupun kita ketahui bersama saat ini kita masih berada pada situasi yang terpaksa serba online” pungkas Presnas Naqib
Pada saat ini, program pendidikan yang ditawarkan oleh Pak Nadiem melalui Merdeka Belajar Kampus Merdeka, merupakan sebuah respons terhadap perubahan sosial yang sedang berkembang. Bagaimana lembaga pendidikan tidak hanya menjadi konsumen dari apa yang sedang berkembang di masyarakat. Lembaga pendidikanlah yang seharusnya menjadi produsen dari perkembangan media dan teknologi yang ada. Berbagai temuan dalam media dan teknologi, tidak hanya dikuasi oleh perusahan-perusahan besar. Lembaga pendidikan harus menjadi bagian dari itu, agar produksi pengetahuan di sekolah dan perguruan tinggi dapat memjembatani permasalahan sosial yang ada.
“ Namun konsekuensi menjalankan program pendidikan di Indonesia memang bukanlah sesuatu yang mudah. Tidak ada konsep dan program pendidikan yang ideal, apalagi di situasi yang seperti sekarang ini. Sebaik apapun konsep dan program pendidikan dari seorang menteri pendidikan selalu berhadapan dengan kenyataan yang ada di masyarakat itu sendiri yang cukup beragam. Kenyataan tersebut yang membuat program pendidikan mengalami dinamika”. Tambahnya
Di momentum 76 tahun kemerdekaan Indonesia, setidak-tidaknya kita dapat merefleksikan dua hal penting dalam pendidikan. Pertama, keberhasilan program pendidikan ditentukan semua komponen masyarakat. Pemerintah adalah pemberi regulasi, dana, dan akses. Yang menentukan keberhasilan dari program pendidikan itu sendiri adalah semua komponen masyarakat.
Kedua, kita harus mengakui bahwa trend pendidikan di Indonesia, ukurannya masih ditentukan oleh berapa banyak yang sudah berpendidikan dan berapa banyak yang sudah bekerja. Pertanyaan penting lainnya, berapa banyak yang telah melakukan sesuatu di luar dari sekadar bisa sekolah dan bekerja, misalnya, menciptakan sesuatu yang pada akhirnya memberi dampak bagi masyarakat belum menjadi sesuatu yang mainstream.
Terakhir Naqib mengingatkan bahwa “ Momentum 76 tahun Indonesia merdeka adalah momentum yang baik bagi kita semua untuk merefleksikan kembali langkah selanjutnya, apa yang harus kita lakukan untuk mengisi ruang pendidikan kita di tengah situasi sosial yang terus berkembang. Tantangan sosial yang kita hadapi terus berubah. Pilihan masyarakat yang semakin beragam. Inilah momentum yang tepat bagi kita semua sebagai bagian dari masyarakat yang hidup di dalam situasi sosial saat ini, bagaimana terus melakukan hal-hal yang bisa kita lakukan. Dari masyarakat yang berpikir, bertindak, dan terus berkembang yang akan menentukan arah dan dampak bagi masyarakat dan dunia pendidikan yang ada”.(erf)

Team Redaksi

ad516503a11cd5ca435acc9bb6523536?s=150&d=mm&r=gforcedefault=1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *