JAKARTA – Brigjend Soepardjo 16 Mei 1970 Meregang Nyawa Dihadapan Regu Tembak, tertangkap di hari lebaran. Diincar karena tuduhan keterlibatannya secara langsung dalam G30S.
Brigjend Soepardjo adalah Perwira tinggi yang terlibat langsung Gerakan 30 September 1965.
16 Mei 1970 Brigjend Soepardjo meregang nyawa, dokumen Soepardjo mengungkapkan bahwa dia bukan pimpinan gerakan dan juga tidak memimpin Pasukan apapun dalam Gerakan 30 September.
Menjelang hari Lebaran, Panglima Kodam V Jaya Brigjen Amirmachmud mendapat tugas khusus. Perintah datang langsung dari atasannya: Panglima Kostrad merangkap pimpinan sementara TNI AD Letjen Soeharto. Sudah barang tentu Amir menyanggupi.
“Ketika itu beliau meminta agar saya menangkap Brigjend Soepardjo pada hari Idul Fitri untuk dijadikan hadiah Lebaran bagi umat Islam Indonesia,” kenang Amir dalam otobiografinya H. Amirmachmud: Prajurit Pejuang.
Sang buronan adalah perwira berpangkat brigadir jenderal, pangkat tertinggi seorang tentara yang terlibat langsung dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965. Bersama Letnan Kolonel Oentoeng Sjamsoeri dari Resimen Tjakrabirawa, dia dituding ikut merancang penculikan sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Tercatat sejak Oktober 1965, Soepardjo telah masuk daftar buruan Kodim 0501 Jakarta Pusat.
Untuk meringkus Soepardjo secepatnya, Amir menggelar operasi intelijen. Tim khusus dibentuk dalam operasi bersandi “kalong”. Dinamakan demikian karena tim operasi bergerak malam hari, seperti kalong. Operasi Kalong dipimpin oleh Kapten CPM Suroso. Personelnya berasal dari Kompi Raiders Kodam V Jaya yang dipersiapkan sebagai pasukan tempur. Selain itu, kelompok pengintai di bawah pimpinan Pembantu Letnan M. Afandi bertugas mencari informasi persembunyian Soepardjo.
Pada 10 Januari 1967, sebagaimana dilansir majalah Angkasa vol.17, 1968, lokasi persembunyian Soepardjo diketahui berada di Komplek KKO Cilincing, Jakarta Utara. Salah seorang anggota KKO AL, Mayor Adnan Suwardi menampung Soepardjo dikediamannya. Tim Operasi Kalong bergegas menyerbu ke Cilincing. Namun Soepardjo berhasil melarikan diri menuju Halim Perdana Kusumah.
Brigjend Soepardjo Terciduk
Pagi hari menjelang subuh 12 Januari 1967, Tim Operasi Kalong bergerak ke arah Halim. Pasukan memasuki komplek perumahan AURI pukul 05.30. Dalam penggeledahan, Soepardjo berhasil ditangkap di loteng rumah Kopral Udara Sutardjo. Soepardjo terpaksa turun dari loteng setelah seorang pasukan penangkap mengancam akan menembaknya. Selain Soepardjo turut terciduk Anwar Sanusi, seorang penulis buku pelajaran sejarah dan anggota PKI.
Kabar teringkusnya Soepardjo sampai kepada Amir Machmud pada siang hari. Berita itu dilaporkan Letnan Kolonel Soedjiman ketika Amir selesai sholat Ied di lapangan Banteng. Betapa gembiranya Amir sampai-sampai dia memeluk dan mencium Soedjiman berkali-kali. Keduanya kemudian sowan ke rumah Soeharto di Jalan Agus Salim melaporkan “hadiah Lebaran” tersebut.
Brigjen Soepardjo tertangkap di hari lebaran. Diincar karena tuduhan keterlibatannya secara langsung dalam G30S.
Meringkus Soepardjo, Sang Jenderal Buronan
Brigjend Soepardjo dihadapkan ke pengadilan Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilib). Sumber: Repro buku “Supardjo Direnggut Kalong” karya M. Nurdin A.S.
Menjelang hari Lebaran, Panglima Kodam V Jaya Brigjen Amirmachmud mendapat tugas khusus. Perintah datang langsung dari atasannya: Panglima Kostrad merangkap pimpinan sementara TNI AD Letjen Soeharto. Sudah barang tentu Amir menyanggupi.
“Ketika itu beliau meminta agar saya menangkap Soepardjo pada hari Idul Fitri untuk dijadikan hadiah Lebaran bagi umat Islam Indonesia,” kenang Amir dalam otobiografinya H. Amirmachmud: Prajurit Pejuang.
Sang buronan adalah perwira berpangkat brigadir jenderal, pangkat tertinggi seorang tentara yang terlibat langsung dalam Gerakan 30 September (G30S) 1965. Bersama Letnan Kolonel Oentoeng Sjamsoeri dari Resimen Tjakrabirawa, dia dituding ikut merancang penculikan sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat. Tercatat sejak Oktober 1965, Soepardjo telah masuk daftar buruan Kodim 0501 Jakarta Pusat.
Untuk meringkus Soepardjo secepatnya, Amir menggelar operasi intelijen. Tim khusus dibentuk dalam operasi bersandi “kalong”. Dinamakan demikian karena tim operasi bergerak malam hari, seperti kalong. Operasi Kalong dipimpin oleh Kapten CPM Suroso. Personelnya berasal dari Kompi Raiders Kodam V Jaya yang dipersiapkan sebagai pasukan tempur. Selain itu, kelompok pengintai di bawah pimpinan Pembantu Letnan M. Afandi bertugas mencari informasi persembunyian Soepardjo.
Pada 10 Januari 1967, sebagaimana dilansir majalah Angkasa vol.17, 1968, lokasi persembunyian Brigjend Soepardjo diketahui berada di Komplek KKO Cilincing, Jakarta Utara. Salah seorang anggota KKO AL, Mayor Adnan Suwardi menampung Soepardjo dikediamannya. Tim Operasi Kalong bergegas menyerbu ke Cilincing. Namun Soepardjo berhasil melarikan diri menuju Halim Perdana Kusumah.