Peran Guru Jason Saragih Masuknya Injil Menjadi Salah Satu Sosok di Balik Berdirinya Gereja Kristen Protestan Simalungun ,Guru Jason Saragih merupakan putra dari pasangan suami istri (pasutri) Balim Saragih dan Urow br Purba.
INDONESIAJURNLIS.COM, SUMUT ” Nama Guru Jason Saragih kembali mencuat setelah pelaksanaan kegiatan Perayaan dan Ibadah 120 tahun Jubelium Injil di Simalungun GKPS Distrik II dan Pesta Olob-olob GKPS Resort Raya, Halaman Gereja GKPS Pamatang Raya 1930, Kecamatan Pamatang Raya, Kabupaten Simalungun, Sabtu (2/9/2023).
Para Pengurus GKPS Distrik II Resort Raya dan Panitia Peringatan 120 tahun Jubelium Injil di Simalungun seperti Bupati Simalungun Radiapoh Hasiholan Sinaga SH MH., bersama Forkopimda Simalungun, termasuk Kapolres AKBP Ronald F.C Sipayung SH SIK MH, berziarah ke makamnya di Pematang Raya, Kabupaten Simalungun, Kegiatan ziarah dilakukan karena Guru jason Saragih merupakan salah satu tokoh pendiri GKPS sejalan dengan Masuknya Injil di Simalungun.
Jemaat GKPS Distrik II melaksanakan ibadah perayaan Jubileum 120 tahun Injil di Kabupaten Simalungun. Perayaan berlangsung di GKPS Pamatang Raya 1903, Kecamatan Raya, Sabtu (2/9/2023). Perayaan keagamaan bagi umat kristiani khususnya jemaat GKPS itu mengusung tema Persekutuan dan Pelayanan Berdampak, dan sub tema Dengan penuh sukacita kita nyatakan buah keselamatan dan menjadi berkat bagi gereja, masyarakat dan Negara sebagai tanda kedewasaan Iman.
Siapakah sebenarnya Guru Jason Saragih?
Erman Saragih, cucu tertua Guru Jason Saragih, melalui Agustinus Zulkarnain Sitompul, yang merupakan cucu dari anak perempuan (boru), menerangkan, oppung (kakek)-nya itu lahir di Nagakasiangan, yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Serdang Bedagai (dulunya Kabupaten Simalungun), tahun 1883.
Guru Jason Saragih merupakan putra dari pasangan suami istri (pasutri) Balim Saragih dan Urow br Purba. Sedangkan kakeknya, bernama Mula Saragih. Kakek dan ayahnya sama-sama merupakan Panglima Raja Raya.
DIketahui, keberadaan keluarga mereka di Nagakasiangan atas permohonan Raja Bajalingge kepada Raja Raya, untuk menjaga perdamaian di perbatasan Kerajaan Tebing Tinggi dan Bajalingge. Sebab saat itu sering terjadi peperangan antara Kerajaan Tebing Tinggi dan Kerajaan Bajalingge.
Namun di tahun 1904, setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, Guru Jason Saragih kembali ke Pematang Raya. ia ikut dalam rombongan Controleur Belanda.
Guru Jason yang memiliki keahlian pencak silat (pandihar) sangat diperhitungkan kemampuan bela dirinya. Sehingga Pemerintah Belanda mengangkatnya menjadi mandor/mandur untuk membuka jalan Hutailing-Tiga Runggu-Pematang Raya, hingga ke Pematang Siantar.
Ketika itu, ia melihat sangat banyak anak-anak yang tidak berkesempatan mendapat pendidikan. Atas berbagai pertimbangan, Guru Jason memilih mundur dari jabatannya sebagai mandor/mandur.
Kemudian, ia menemui Pendeta August Theis, penginjil Eropa pertama yang datang ke Simalungun, dan meminta dibaptis. Tak lama, Guru Jason yang memiliki cita-cita menjadi pendidik, dikirim ke Seminari Depok, di Pulau Jawa, guna mengikuti Pendidikan Guru.
Tanggal 1 Juli 1911, saat usianya 28 tahun, Guru Jason berangkat ke Depok menggunakan kapal laut.
Ia menjadi pemuda Simalungun pertama yang berkesempatan bersekolah atau mendapat pendidikan di Pulau Jawa. Selama empat tahun, ia belajar di Depok, dan lulus dengan menyandang gelar Diploma Guru.