Festival Perhutanan Sosial: Balai PS Ambon Angkat Potensi Minyak Atsiri dan Produk Lokal Maluku-Papua
Jakarta, Indonesia Jurnalis 21/8/2025 | Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial (Ditjen PS) Kementerian Kehutanan menyelenggarakan Festival Perhutanan Sosial bertajuk “Merawat Hutan, Mewariskan Harapan” di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, pada 20–22 Agustus 2025. Acara berlangsung setiap hari pukul 08.00–16.00 WIB dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube PKPS Ditjen PS.
Festival tahunan ini menghadirkan talkshow, coaching clinic, serta pameran produk dari kelompok tani hutan, champions perhutanan sosial, pendamping PS, Balai PS se-Indonesia, Dinas Kehutanan Provinsi se-Indonesia, akademisi IPB, fasilitator TP3PS, hingga perwakilan Direktorat PS. Kegiatan ini bertujuan memperkuat jejaring, membuka peluang pasar, dan menegaskan peran masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
_Balai PS Ambon Angkat Potensi Lokal_
Balai Perhutanan Sosial (PS) Ambon turut berpartisipasi dengan menampilkan produk unggulan dari wilayah kerjanya. Kehadiran mereka dipimpin langsung oleh Dendi Suprayogi, Kepala Subbagian Tata Usaha, dan Nelson Kainama, Kepala Seksi Wilayah III yang membawahi Papua Barat Daya.
“Kami membawa berbagai produk unggulan dari masyarakat perhutanan sosial di Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat Daya. Produk-produk tersebut meliputi minyak atsiri seperti minyak kayu putih, cengkeh, lawang, hingga kenari, serta hasil hutan bukan kayu lain seperti damar, tepung pisang, tepung sagu, roti kenari, jus pala, dan keripik mangrove,” ujar Dendi.
Menurutnya, sebagian besar produk masih dikelola dalam skala kecil oleh kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS). “Kapasitas produksi memang belum besar, tetapi potensinya kuat karena berbasis kearifan lokal dan pemanfaatan hasil hutan secara lestari,” jelasnya.
_Potensi Atsiri Maluku_
Dendi menambahkan, Maluku sejak lama dikenal sebagai sentra minyak atsiri di Indonesia. Produk seperti minyak kayu putih dan minyak cengkeh bukan hanya bernilai ekonomi, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat. “Potensi ini sudah berlangsung lama, hanya saja perlu didorong akses pasar dan teknologi agar lebih berdaya saing,” tambahnya.
Ia menegaskan, keikutsertaan Balai PS Ambon di festival ini lebih ditujukan untuk memperluas informasi dan jejaring daripada sekadar mengejar penjualan. “Harapan kami, produk lokal semakin dikenal dan membuka jalan kerja sama dengan pembeli. Kalau ada MoU dengan buyer, tentu itu akan sangat membantu masyarakat,” tegasnya.