Agar upaya normalisasi ini berjalan terstruktur, AJB bersama warga membentuk Kelompok Tani “Merah Putih”, yang kini sedang dalam proses pembuatan Akta Notaris.
Dari total panjang Sungai Kelian sekitar 20-23 km, saat ini 5 km menjadi fokus utama normalisasi, terutama pada titik-titik yang mengalami pendangkalan.
“Kami tidak asal mengeruk. Fokusnya hanya pada titik yang sudah dangkal dan berpotensi menyebabkan banjir. Tujuan utamanya adalah mengembalikan kontur alami sungai, sehingga warga bisa memanfaatkannya secara berkelanjutan,” tambah Darno.
Meskipun sempat terhenti selama Desember 2024 hingga Januari 2025, program normalisasi yang dimulai pada November 2024 telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat.
- 1 unit mobil ambulans kampung berhasil didanai secara swadaya.
- Pembangunan pondasi rumah Lamin Adat sebagai pusat kegiatan budaya.
- 1 unit rumah untuk posko kesehatan guna meningkatkan layanan medis warga.
Selain itu, perputaran ekonomi di Kampung Kelian Dalam meningkat drastis.
“Dulu, pedagang yang datang ke kampung ini sering pulang dengan dagangan yang masih penuh. Sekarang, kebutuhan pokok yang mereka bawa selalu habis terjual,” ungkap Darno.
Darno berharap Pemerintah Kabupaten, Provinsi, hingga Pusat tidak menutup mata terhadap upaya yang sudah dilakukan masyarakat.
“Warga Kelian Dalam sudah berusaha bangkit sendiri, tapi mereka tetap butuh perhatian pemerintah. Kami berharap ada dukungan lebih lanjut agar kampung ini tidak lagi terisolasi,” tegasnya.
Program normalisasi Sungai Kelian Dalam bukan hanya soal perbaikan lingkungan, tetapi juga strategi nyata untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Dengan sinergi antara masyarakat dan AJB, Kelian Dalam kini perlahan bangkit menuju masa depan yang lebih cerah.**
(AJB)
(Editor NK)