Senada dengan kepala BNPT, Direktur Pemberitaan ANTARA, Irfan Junaidi, juga menekankan bahwa tantangan ruang siber bukan hanya dihadapi oleh aparat pemerintah, tetapi juga menjadi pekerjaan rumah bersama antara media, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan.
“Ya memang perkembangan teknologi media terutama media sosial itu dua sisi mata pedang, satu sisi bisa memberikan manfaat yang luas, mengakselerasi informasi yang cepat dalam waktu singkat bisa menjangkau masyarakat luas, tetapi di sisi lain juga bisa berpotensi untuk disalahgunakan,” ungkapnya.
Menurutnya, kelompok radikal juga tidak tinggal diam, melainkan turut memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk memperluas pengaruh mereka.
“Kelompok-kelompok kekerasan pasti juga menyadari hal ini sehingga tidak tertutup kemungkinan mereka memanfaatkan perkembangan teknologi digital untuk campaign, rekrut, untuk menyebarkan pengaruhnya,” ujar Irfan.
Meski demikian, Irfan menegaskan bahwa media massa memiliki mekanisme pengendalian yang lebih ketat dibandingkan media sosial. Hal ini menjadi salah satu benteng penting dalam menjaga kualitas informasi yang diterima masyarakat.
“Kalau untuk media massa barangkali mungkin akan lebih susah karena proses pengolahan sampai penyiaran informasi di media massa cukup ketat asesmennya, ada filter-filternya. Nah kalau media sosial kan sangat terbuka, nah barangkali ini menjadi PR yang harus kita kerjakan bersama,” tutupnya.**
(Ahyr)