2. “Bau marua dengan” dan “bau batempu ke dengan” – mencerminkan semangat egalitarianisme dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan,
3. “Balong ke bakalako”– menyimbolkan manusia sebagai khalifah yang harus bermanfaat,
4.“Kameri Kamore”mencerminkan kegembiraan dalam hidup serta saling memberi kenyamanan antar sesama.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa masyarakat Sumbawa memiliki karakter egaliter dan demokratis yang kuat. Nilai To’ diri (mengetahui posisi diri) dan Ila’ diri (menjaga kehormatan diri) menjadi dasar penerimaan terhadap perbedaan, tanpa kehilangan harga diri.
“Orang Sumbawa tidak dapat direndahkan dan diperlakukan sesuka hati oleh siapa pun, meskipun secara lahiriah mereka tampak hormat dan merendah. Ini tergambar dalam syair: “Tutu’ si lenas mu gita / Mara ai dalam dulang / Rosa dadi umak rea’, yang berarti ‘Lahirnya tak beriak seperti air dalam dulang, namun sesekali bisa menjulang seperti ombak mendebur pantai,’” tambahnya.
Dr. Lukman juga menekankan bahwa seluruh bentuk kerja sama, kemitraan, dan investasi yang melibatkan masyarakat Sumbawa akan berjalan sehat dan berkelanjutan jika nilai-nilai luhur tersebut turut dipertukarkan dalam interaksi sosial yang saling menguntungkan.
“Semoga Halal Bihalal 1446 H ini dapat berkontribusi positif bagi pembangunan Tau dan Tana Samawa,” pungkasnya.**
(Report Ls)