LaNyala tentu menyadari dengan segala hiruk pikuk, kegaduhan, dan kerusuhan yang terjadi, ranking kompetisi kita berada di urutan antah berantah di level Asia. Ranking kompetisi berbanding lurus dengan prestasi klub klub kita di kompetisi antar klub Asia. Klub terbaik Liga I kita, nyatanya sangat sulit bersaing dengan klub negara lain, jangankan dengan klub asal Jepang, Korsel, Arab Saudi, Iran, Uzbekistan dll, dengan klub asal Malaysia, Singapura, Myanmar dan Kamboja aja sudah tertinggal.
Memang Liga I kita terlihat ramai, heboh, dengan jumlah suporter dan penonton yang besar, sponsor bertaburan, tapi kropos, tak berkualitas, beda tipis dengan kompetisi Tarkam.
Di Level Asia, kompetisi klub teratas kita (Kompetisi Liga I) tahun 2022, berada di ranking 27, Malaysia 10, Thailand 11, dan Vietnam urutan 12. Kita berada di urutan enam tingkat Asia Tenggara, di bawah Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura dan Pilipina, hanya sedikit lebih baik dari Brunei Darusalam, Laos dan Timur Leste.
Janganlah dibandingkan dengan negara Arab Saudi, Jepang, Korsel, Uzbekistan, Iran, Qatar, dan juga UEA sebagai negara negara elit sepakbola Asia, kita seolah berada di posisi antah berantah. Itulah kondisi sepakbola kita hari ini. Tragis dan miris, tapi itulah faktanya.
Untuk itu, PT. LIB sebagai operator kompetisi perlu terus dibenahi, direformasi dan mau belajar ke negara negara tetangga yang level kompetisinya jauh lebih baik dari kita. Kenapa mereka bisa mengelola kompetisi sebegitu baik. Padahal dari sisi potensi dan sumber daya, kita punya lebih dari mereka. Persoalannya mau tidak kita berubah untuk maju, berubah menjadi lebih baik. Langkah apa yang bisa dan harus kita lakukan untuk mengoptimalkan potensi yang ada tersebut menjadi produktif, menjadi bermakna bagi peningkatan kualitas persepakbolaan Indonesia?
LaNyala melihat Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI yang sebentar lagi digelar, sebagai bagian dari transformasi PSSI pasca Tragedi Kanjuruhan, bisa menjadi momentum dan tonggak perbaikan secara menyeluruh terhadap seluruh aspek dan sendi-sendi persepakbolaan Indonesia, tanpa kecuali.
Dalam kesempatan ini, LaNyala juga mengajak seluruh stakeholder sepak bola nasional terlibat baik secara aktif maupun pasif, sehingga KLB PSSI mampu menghasilkan Visi, Misi dan Program yang dapat menjawab dan menjadi solusi terbaik bagi persepakbolaan nasional.
Khusus kepada para pemilik suara (voters) diantaranya yaitu klub-klub Liga I, Asosiasi Pendiri PSSI, serta Asosiasi Provinsi PSSI yang memiliki mandat/ suara untuk memilih Ketua Umum PSSI dan anggota Exco PSSI, LaNyala berharap mampu bertindak jujur, transparan, objektif, dan sportif. Mampu memilah dan memilih orang orang yang kompeten, punya integritas dan moralitas yang baik, profesional dan memiliki rekam jejak yang mumpuni dalam mengelola persepakbolaan nasional.
Kongres PSSI harus dijauhkan dari praktek politik uang dan kepentingan kepentingan lain di luar urusan sepakbola. Apalagi menjelang tahun politik ini, maka sangat dimungkinkan adanya intervensi politik dari pihak pihak tertentu. Nasib dan wajah PSSI ke depan sangat tergantung kepada para pemilik suara.
Semoga LaNyala mampu meNyalakan PSSI dan mengembalikan Kejayaan Sepakbola Indonesia, sehingga kerinduan, harapan dan mungkin juga mimpi kita untuk memiliki Timnas Sepak Bola yang membanggakan, berkualitas, dan mampu berprestasi di level ASEAN, Asia bahkan lolos Piala Dunia. Semoga.
Penasehat Asprov PSSI Lampung, Calon Anggota Exco PSSI dan Pemilik SSB LaNyalla FC Lampung.
Oleh: Bustami Zainudin