“Jadi kalau misalkan Anda katakan, ada harapan? Harapan sangat besar,” pungkasnya.
Selain menyasar para napiter, soft approach juga menyentuh kelompok-kelompok yang rentan terpapar paham ekstrem, khususnya perempuan. BNPT secara aktif melibatkan perempuan dalam program pencegahan, mengingat meningkatnya peran perempuan dalam jaringan teror, baik sebagai simpatisan, pelaku, hingga fasilitator ideologi radikal dalam lingkup keluarga.
Melalui edukasi, pelatihan keterampilan, dan pendekatan berbasis komunitas, BNPT memberikan ruang bagi perempuan untuk menjadi agen perdamaian di lingkungannya. Pendekatan ini tidak hanya bersifat preventif, tetapi juga bertujuan untuk memutus rantai regenerasi ideologi kekerasan sejak dari lingkungan rumah.
Langkah ini sejalan dengan riset yang menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam membentengi keluarga dari pengaruh radikalisme, sekaligus menjadi target utama dalam propaganda kelompok ekstrem. Oleh karena itu, perlindungan terhadap kelompok ini menjadi pilar penting dalam strategi pencegahan jangka panjang.
Dengan perpaduan pendekatan keras dan lunak yang semakin matang, serta perluasan sasaran deradikalisasi terhadap kelompok rentan seperti perempuan, Indonesia menunjukkan bahwa penanggulangan terorisme tidak hanya soal keamanan, tetapi juga soal kemanusiaan dan ketahanan sosial. Kolaborasi BNPT dan Densus 88 kini menjadi contoh konkret bagaimana strategi keamanan modern dijalankan dengan keseimbangan antara ketegasan dan empati.**
(Ahr/NK)