NEWS  

Puluhan Pedagang Kopi Coffe Shop Memilih Turun Kejalan

IMG 20210715 WA0238

JAKARTA, INSPIRASIJURNALIS.COM – Aksi puluhan pedagang kopi dari sejumlah coffe shop di Kota Medan yang memilih turun kejalan untuk menjual kopi racikan mereka kepada para pengguna jalan di Kota Medan pada Senin, 19/7/2021 seperti dilansir oleh inews.sumut.id mendapat sorotan dari praktisi hukum dan pengamat sosial, Eka Putra Zakran, SH MH alias Epza.

Apa yang telah dilakukan oleh puluhan pedagang kopi dari sejumlah coffe shop adalah sesuatu yang wajar. Itulah bentuk aspirasi sebagian masyarakat yang harus disahuti oleh pemerintah. Artinya jangan cuma pandai buat kebijakan atau ikut-ikut kebijakan pusat saja.

Wajar dong para pedagang kopi tersebut melakukan aksi turun kejalan, karena pastinya mereka terdampak atas penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan oleh Pemkot Medan sejak 12 Juli 2021 yang lalu.

Pastinya aksi tersebut mereka lakukan karena kehilangan mata pencarian. Gak mungkin dong sampai sampai pedagang kopi aksi turun kejalan kalau bukan karena kehilangan mata pencarian.

Inilah dampak dari PPKM Darurat itu, kebijakannya sangat merugikan bagi masyarakat dan pengusaha, khususnya masyarakat marginal dan pengusaha atau pedagang kecil.

Sebenarnya yang terdampak akibat penetapan PPKM itu bukan hanya pedagang kopi, tapi pedagang lainnya juga pasti terdampak.

Saya berjalan di lapangan, banyak sekali keluhan dari pedagang kecil akibat penerapan PPKM Darurat ini. Belum lagi, awal dimulainya penerapan PPKM Darurat kemarin ada yang sempat viral di media seorang pedagang kopi, yaitu Rakes warga Kota Medan yang tidak terima kedai kopinya diminta petugas untuk di tutup tanpa memberi ganti rugi.

Seperti halnya pada kasus Rakes, Pengusaha warung kopi di Medan, tidak sepantasnya aparat memberi sanksi hukum kepadanya, karena apa yang disampaikan Rakes itu ada benarnya. Kalau warung kopi ditutup tanpa solusi, siapa yang akan membayar uang sekolah, uang raport anak, uang kontrak rumah, uang belanja dapur dan kebutuhan dasar lainnya.
Nah seharusnya aparat mendengar dan memberi edukasi secara humanis. Jangan bak pepatah, sudah lah jatuh, ditimpa tangga pula. Kan sakit kali itu.

Team Redaksi
Author: Team Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

" Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini "