Effendi juga mengungkapkan bahwa dalam sesi Rakernas kali ini akan dibahas berbagai program strategis, termasuk infrastruktur, pertanian, pariwisata, hingga sesi bersama Menteri Kebudayaan yang akan dihadiri oleh Fadli Zon pada hari berikutnya.
Salah satu isu penting yang menjadi sorotan dalam Rakernas adalah pengelolaan Otonomi Daerah, khususnya kawasan Danau Toba.
“Jangan jadikan kami sekadar objek. Semua subjeknya justru disuplai dari luar. Misalnya, air Danau Toba dikelola oleh pihak luar. Apa tidak bisa orang Danau Toba yang mampu mengelola F1 nya di air, apa sih hebatnya ? Kenapa harus oleh perusahaan asing seperti Engerni? ” kata Effendi dengan nada kritis.
Ia juga menyoroti pendekatan pemerintah pusat yang kerap kali mengabaikan kearifan lokal, dengan mencontohkan seorang tokoh lokal yang berhasil mengelola alam secara mandiri.
“Saya lihat di YouTube, Fitriani Riskai selama 26 tahun mengelola buaya di kawasan hutan secara alami. Tapi justru pemerintah malah mengambil alih untuk ditangkarkan agar mudah disatukan dengan objek wisata lain. Ini cara pikir yang perlu dikritisi. Seperti kata Pak Wapres, ‘monggo dikritisi’,” tutup Effendi.
Acara Rakernas dan HUT ke-18 PSBI ini menjadi momentum penting bagi masyarakat Batak, khususnya marga Simbolon, untuk memperkuat peran budaya dan keterlibatan dalam pembangunan nasional.**
(Ls)