Tanah Milik Widjojo Santoso Di Rampas Oleh Saudara Iparnya Sendiri Dengan Modus Bantuan Bayar Hutang dengan jaminan surat tanah, akta yang ditandatangi oleh kliennya di Notaris merupakan akta Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang isinya akan menjual seluruh tanah milik kliennya beserta Akta Kuasa Menjual.
INJ.COM, CIREBON – Widjojo Santoso memiliki rumah dan Dealer Motor Honda berada di Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon, yang di rampas oleh saudara Iparnya sendiri dengan modus bantuan bayar hutang dengan jaminan surat tanah, tidak berlangsung lama Iparnya meminta Widjojo Santoso segera meninggalkan rumah yang di tempatinya
Berawal kliennya Antonius Pasaribu yang bernama Widjojo Santoso memiliki pinjaman ke Bank dan Non Perbankan dengan jaminan beberapa sertifikat.
Ada banyak Sertifikat atas tanah dan bangunan yang menjadi objek perkara yaitu di kabupaten dan satu sertifikat di kota sebagai jaminan di Bank dan non perbankan.
Dalam proses pinjaman tersebut kliennya Wanprestasi sehingga pihak perbankan akan melelang objek jaminan sebagai konsekuensi dari pinjaman tersebut yang sudah Wanprestasi.
Di kemudian hari kliennya tiba – tiba di datangi oleh keluarga atau saudara ipar dari kliennya, yang menawarkan bantuan untuk menyelesaikan utang kliennya dengan nilai kurang lebih 28 milyar rupiah di Bank dan non perbankan.
Tawaran bantuan dari saudaranya tersebut tidak ada embel – embel atau murni tidak ada imbalan dengan kesepakatan bersama yang di rembukan bersama keluarga jika sudah dibantu bayar maka salah satu aset akan di jual untuk kemudian mengembalikan uang saudara ipar kliennya tersebut sehingga obyek tanah tidak di sita oleh Bank.
Sebelum terjadinya pembayaran utang kliennya ke Bank, Saudara iparnya meminta kepada kliennya agar sertifikat yang masih ada selain jaminan di bank agar di simpan saudara iparnya, dengan dalih supaya lebih aman.
Sebelum bantuan itu direalisasikan, saudara dari kliennya menyuruh agar datang ke kantor Notaris. Setelah tiba di kantor notaris, saudara ipar kliennya tidak ada di kantor notaris. Namun melalui telepon oleh saudara ipar kepada kliennya agar menandatangani surat di notaris dengan dibawah tekanan. Lantas Notaris menyodorkan kertas untuk ditandatangani kliennya tanpa hadirnya kedua belah pihak dihadapan Notaris. Selain itu,Kliennya tidak mengetahui isi dari surat tersebut karena tidak dibacakan oleh Notaris dan tidak menaruh rasa curiga karena merasa dibantu oleh saudara iparnya.

Selang berapa lama kliennya mendapatkan somasi dari saudara iparnya untuk mengosongkan rumah beserta tanah dan tanah – tanah lainnya milik kliennya tersebut.
Menurut Antonius Pasaribu dan Tim pengacara, akta yang ditandatangi oleh kliennya di Notaris merupakan akta Pengikatan Jual Beli (PPJB) yang isinya akan menjual seluruh tanah milik kliennya beserta Akta Kuasa Menjual.