“Kami, yang termasuk dalam klaster makar ini, diduga merencanakan penggagalan pelantikan Presiden Republik Indonesia tahun 2019. Tuduhan yang kami hadapi adalah perencanaan aksi yang melibatkan bahan peledak untuk menciptakan kerusuhan di DPR/MPR dengan tujuan menolak pelantikan Presiden Joko Widodo pada periode kedua.” Kenang Jalih Pitoeng.
Dalam acara tersebut, mereka juga mengenang perjuangan Rachmawati Soekarnoputri, yang menurut mereka menjadi inspirasi bagi gerakan ini sejak awal. Mereka berharap agar perjuangan mereka untuk demokrasi dan keadilan dapat terus dilanjutkan, terutama di era kepemimpinan Prabowo Subianto.
Acara ini diakhiri dengan pembacaan piagam yang berisi tiga tuntutan utama dari komunitas Tapol dan Napol, yaitu:
1. Memperjuangkan persaudaraan di antara sesama tahanan politik dan narapidana politik tahun 2014-2024.
2. Menyuarakan kebebasan berbicara dan menentang praktik kekuasaan yang otoriter.
3. Memperoleh amnesti, abolisi, dan rehabilitasi bagi para tahanan politik dan narapidana politik, serta mendesak pembebasan rekan-rekan mereka yang masih ditahan hingga saat ini.
Bang Jalih Pitoeng mengakhiri dengan optimisme, “Saya yakin dan percaya bahwa Prabowo akan memenuhi tiga tuntutan kami ini, yang tidak hanya untuk kepentingan kami, tetapi juga untuk memperbaiki citra beliau di mata nasional dan internasional.” pungkasnya.**
(Ls)
(Editor NK)