Menurut Paman Sudir, lima orang Paser tersebut membawa Mandau adalah sebagai alat yang diabawa kemana-mana, bukan untuk dipakai mengancam pihak lain. “Mandau itu hanya sejenis benda seni dan merupakan budaya orang Paser. Bagi laki- laki dewasa Paser selalu kemana – mana harus bawa Mandau sebagai perlengkapan aksesoris diri yang sudah melekat sejak jaman leluhur,” jelasnya kepada media melalui sambungan seluler.
Terkait soal adanya pemaksaan untuk Jop, Paman Sudir menejelaskan bahwa minyak nabati tersebut itu juga tidak pemaksaan. “Proses transaksi baik-baik, karena yang menandatangani tidak berada diluar komplex perusahaan ( tidak diculik ) ditandatangani cara baik- baik pula,”ujarnya.
Namun demikian , Paman Sudir menjelaskan melaui perwakilan keluarga adat, pihaknya sudah membuat pernyataan permohonan maaf pada perusahaan atas tidak kesalah pahaman tersebut. “Memang susah. Selayaknya lah perusahan yang beroperasi disebuah wilayah harus melibatkan masyarakat yang mendiami wilayah tersebut sebelum dilaopkan pelaporan kepada pihak kepolisian. Jadi tidak benar kalau terjadi aksi premanisme, “ ujarnya.
Diahir wawancara, Paman Sudir meminta agar para pelaku yang sedang ditahan dan terperiksa segera dibebaskan dan diperlakukan baik. “Dengan mempertimbangkan kemanusiaan, pihak kepolisian juga harus mendengar juga dari aspirasi dari pihak Masyarakat Adat Paser, tidak hanya dari PT. MSL agar tidak menyulut emosi masyarakat Adat Pazer,” harapnya kepada pihak kepolisian. (S Erfan Nurali )