Levina juga menekankan pentingnya kolaborasi komponen pentahelix dalam pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, media, kampus, dan ormas (civil society). Menurutnya, semua komponen ini harus berperan aktif dalam lini masing-masing untuk melakukan perubahan dan mengejar ketertinggalan. Ia berharap semua peserta yang hadir di acara ini memahami peran mereka masing-masing dalam proses Pembangunan berkelanjutan.
IKB TNS sendiri telah berkolaborasi dalam program prioritas beberapa kementerian di wilayah Maluku, seperti program Indonesia Layak Anak 2030 yang sekarang menjadi Indonesia Emas 2045, program membangun dari pinggiran, program konektivitas laut – tol laut, Program Bangga Buatan Indonesia Aroma Maluku dengan mengangkat produk fermentasi perikanan yang merupakan sebuah kearifan lokal masyarakat TNS yaitu Inasua.
Bahkan Inasua telah mendapat sertifikasi Warisan Budaya TakBenda ditahun 2015. Program dokumentasi digital Bahasa daerah yang terancam punah, Program Reformasi Agraria – PTSL dan lain-lain. Dalam acara ini, Levina berharap dapat membagi inspirasi dan cara kerja kepada ormas lain, serta mendorong mereka untuk berperan sebagai agen transformasi, bukan sekadar mengkritik atau mengeluh.
“Harapan saya hadir di sini adalah untuk mencerahkan dan menginspirasi. Semua ini harus dilakukan melalui kolaborasi pentahelix: pemerintah, swasta, kampus, media dan ormas,” kata Levina.
Dengan semangat yang tinggi, Levina optimis bahwa melalui kolaborasi dan kerja keras, Maluku akan mampu keluar dari ketertinggalan dengan memanfaatkan potensi kelautannya untuk kesejahteraan masyarakat. Saatnya Maluku Bangkit dalam kolaborasi pentahelix dan dibutuhkan seorang pemimpin orkestrasi dalam memimpin perubahan.” pungkas Levina dalam penutup sambutannya.**
(Report lucky S)
(Editor NK)