Kuat menjelaskan, total ada 91 orang pendorong gerobak di Malioboro yang setiap harinya mendorong 1.724 gerobak milik PKL di sepanjang Jalan Malioboro yang terbentang dari Utara ke Selatan, di kedua sirip (sayap) Timur dan Barat Malioboro. Pasca relokasi PKL Malioboro, pendorong gerobak yang berjumlah 91 orang ini otomatis kehilangan pekerjaan.
Pasalnya, sejak revitalisasi Malioboro, lokasi berjualan para PKL dipindahkan ke Teras Malioboro 1 dan 2 (eks Gedung Dinas Pariwisata DIY dan Bioskop Indra).Sehingga, wajar jika sudah tidak ada lagi pedagang yang membutuhkan jasa para pendorong gerobak.
Selanjutnya, dari jumlah 91orang itu, saat ini hanya tersisa 34 orang yang masih memilih untuk bertahan di Malioboro.Sebagian besar lainnya memilih untuk pulang kampung dan bekerja serabutan sebagai buruh tani.
“Namun, Alhamdulillah per 1 April 2022 oleh Pemkot Yogyakarta kami sudah diberikan pekerjaan sebagai tenaga bantu dengan tugas menjaga ketertiban, kelancaran, dan kebersihan jalur pedestrian di kawasan Malioboro melalui UPT (Unit Pelaksana Teknis) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (Malioboro),” terangnya.
Kuat mengungkapkan rasa syukurnya atas dukungan dari berbagai pihak seperti ini yang tentunya sangat membantu anggota PPGM untuk bisa segera bangkit kembali dalam mencari nafkah untuk menghidupi dan menyejahterakan keluarga.
Kuat menegaskan, PPGM juga berkomitmen untuk menciptakan situasi kamtibmas yang aman dan nyaman di kawasan Malioboro.
“Sehingga jalur pedestrian di kawasan Malioboro kondusif bagi keberlangsungan aktivitas para pelaku ekonomi dan wisatawan yang datang supaya bisa menggerakkan kembali roda perekonomian,” jelasnya.
Relokasi PKL Malioboro, Paguyuban Pedagang kaki lima (PKL) Terima Bantuan Sembako dari Polda DIY.
(NK/red)