OPINI  

Keberadaan HPN di Tengah Problematika Ekonomi Nasional

Keberadaan HPN di Tengah Problematika Ekonomi Nasional, Lalu bagaimana keberadaan HPN dan peran strategisnya dalam Problema Ekonomi Umat saat ini
Keberadaan HPN di Tengah Problematika Ekonomi Nasional, Lalu bagaimana keberadaan HPN dan peran strategisnya dalam Problema Ekonomi Umat saat ini

Pada tulisan saya tempo hari saya pernah menyatakan bahwa praktis berbisnis oleh Pengusaha HPN itu laksana “Berburu di Kebun Binatang.” Tidak perlu terlalu repot dan tidak terlalu sulit untuk menjalankan bisnisnya : barang2 bahan mentah dan bahan baku melimpah. SDM pada umumnya andal. Tenaga Kerja terampil banyak..Teknologi sudah ada. Fasilitas Keuangan tersedia. Pasar (captive market) sangat luas dan terbuka lebar. Tingkat niatnya, maunya, kreativitasnya, inovasi2nya.

Berdagang beras saja bisa laku dan maju. Demikian pula Sembako lainnya (minyak goreng, gula, garam, tepung terigu, daging, ikan, susu, gas (dulu minyak tanah) hingga ikan asin.

Komoditas Gula Merah saat ini telah bertambah dengan hadirnya Gula Merah Sawit, selain Gula Aren dan Gula Kelapa. Industri Gula Sawit kini sedang Perusahaan kami kembangkan di Provinsi Lampung dan Provinsi Banten.

Tata Niaga Minyak Goreng kini sudah selangkah lebih maju. Bukan hanya dijual dalam bentuk Kemasan Polos atau Kemasan Bermerk tapi kini sudah mulai dijual melalui gerai2 Pom Minyak Goreng  seperti “Pertamini” BBM.

Targetnya : masing2 terdapat dua buah Pom Minyak Goreng per Desa/Kelurahan. Andai sudah terpasang 10.000 Pom Migor maka Pemasukan bagi Kas DPP/DPW/DPC HPN tidak kurang dari Rp 20 Milyar. Dengan asumsi rata2 tiap Pom menghabiskan 150 Liter Migor per Hari dan beroperasi rata2 26 Hari dalam sebulan, dengan Marketing Fee sebesar Rp 100,00 per Liter maka Pemasukan Uang bagi Kas DPP/DPW/DPC HPN tidak akan kurang dari Rp 3,9 Milyar per Bulan. Itu baru Pemasukan Uang untuk pundi2 Lembaga HPN. Apalagi Pemasukan atau Keuntungan bagi para Pelaku Usaha Pom Migor ini. Ini baru salah satu contoh saja.

Baca Juga  Memilih Pilihan Hati Dalam Memilih Nanti

Pundi2 Kas DPP/DPW/DPC akan terus bertambah, terus membesar, sejalan dengan kegiatan Operasional Bisnis para Pengusaha Nahdliyin yang difasilitasi oleh Pengurus DPP/DPW/DPC HPN. Mungkin mottonya bisa “Pengusaha Nahdliyin senang, Organisasi HPN semakin maju dan berkembang.” Atau kata2 lirik lagu saat Pramuka dulu : “Di sini senang, di sana senang….”

Di bawah Waketum baru, Hj. Sri Sugiharti, kini Divisi UMKM DPP HPN terus bergerak proresif. Berbagai Pembinaan dan Pameran atau Bazar terus dilakukan. Antara lain bekerjasama dengan Kemenkop UKM, Kemen BUMN, BUMN Sarinah, RRI Pusat, Bank Syariah Indonesia (BSI), Halal Centre Indonesia, Indogrosir, dan sejumlah lembaga lainnya.

Holding Company DPW HPN Bali dibawah kendali H. Nurianto kini semakin berkibar. Banyak bidang bisnis yg telah digarap : beras, daging, air minum dalam kemasan (AMDK), dan lai n-lain. Langkah baik yang dapat diikuti oleh DPW-DPW HPN lainnya. Kiprah HPN di Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta dan DPW-DPW Provinsi lainnya terus menggeliat.

Dalam beberapa bulan terakhir telah terbentuk kepengurusan DPW Aceh, DPW Bangka Belitung dan DPW Riau. Kemarin telah datang KH Utsman Syafii, Ketua PC NU Kab. Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan, yg telah menyatakan berkenan untuk menginisiasi pembentukan DPW dan DPC-DPC di Sumatera Selatan. Insya Allah sebelum tahun 2005 nanti sudah akan terbentuk kepengurusan DPW-DPW di seluruh Provinsi dan kepengurusan DPC di hampir seluruh Kab./Kota di Indonesia (mendekati angka 514 Kab./Kota yg ada).

Di Negara2 Maju, idealnya terdapat 2 – 4% dari Jumlah Penduduknya yg menjadi pelaku Wirausaha/pengusaha. Berarti HPN wajib mencetak Wirausahawan minimum sebanyak 3 – 6 Juta Orang Pengusaha Nahdliyin. Suatu tugas mulia namun tidak ringan.

Baca Juga  Indonesia Promosikan Literasi Keagamaan Lintas Budaya di KBRI Den Haag

Khatimah

Dinamika dalam berorganisasi dan berbisnis itu biasa, lazim. Namun dinamika itu tidak boleh bereskalasi menjadi perseteruan, apalagi permusuhan dan perpecahan.

Setiap dinamika yg ada harus dikembalikan kepada perangkat Organisasi yang telah ada : AD/ART, Peraturan Organisasi (HPN) serta Garis2 Besar Haluan Organisasi yang ada.

Apabila timbul perbedaan pendapat maka janganlah dijadikan atau “dialihkan” menjadi masalah antar personal, jadi jadi masalah pribadi. Segera lakukan tabayyun (klarifikasi) dengan penuh kekeluargaan dan pikiran jernih dan riang gembira. Kalo sudah tergolong sangat serius segera bawa ke forum Organisasi : Rapat Departemen/Divisi/Biro, Rapat Harian, Rapat Pleno, Rakernas/ Rakerprov/ Rakercab, atau bahkan di Muspimnas.

Kini perangkat Organisasi telah lengkap, fasilitas bisnis sudah tersedia, lingkungan untuk berbisnis juga telah sangat kondusif.

Kini tinggal Niat Baik (Good Will), keseriusan, kesungguhan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, wabil khusus di antara sesama Pengurus HPN dan sesama Pengusaha Nahdliyin.

“Tidak ada yang paling rasional kecuali pengusaha. Dan pengusaha adalah orang yang senantiasa meraih keuntungan dalam Jangka Panjang (how to get earn in the long term). Kalo meraih keuntungan hanya dalam Jangka Pendek itulah Penjudi (gambler).”

Oleh : H. Akhmad Jajuli

Wasekjen & Dir. Ekselutif DPP HPN, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, 18 Juni 2023.

Redaksi
Author: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

" Anda tidak dapat menyalin konten halaman ini "