Kisah Tragis Sum Kuning Gadis yang Diperkosa Ramai – Ramai di sekap dalam mobil Jeep Station Wagon. Beberapa pria langsung menarik dan membekapnya.
Indonesia jurnalis – Pada 18 September 1970, seorang gadis penjual telur bernama Sumarijem lebih dikenal sebagai Sum Kuning mengalami peristiwa memilukan usai berjualan.
Di kawasan Ngampilan, Sleman, Yogyakarta, tepat di depan Asrama Polisi Pathuk, ia tiba-tiba didekati sebuah mobil Jeep Station Wagon. Beberapa pria langsung menarik dan membekapnya, lalu memasukkannya ke dalam kendaraan tersebut.
Di dalam mobil, Sum menjadi korban pemerkosaan oleh para pemuda itu. Selain mengalami kekerasan seksual, uang hasil dagangannya sebesar Rp4.650 turut dirampas. Setelah itu, ia dibuang di pinggir Jalan Wates-Purworejo, Gamping, Sleman, dalam kondisi masih gelap.
Dengan tubuh lemah, Sum mencoba berjalan menuju pusat Kota Yogyakarta. Ketika hari mulai terang, dengan sisa uang Rp100, ia menyewa becak dan menuju rumah salah satu pelanggannya, Nyonya Sulardi, yang tinggal di Bumi Ijo.
Kasus ini segera sampai ke pihak kepolisian dan mengguncang warga Yogyakarta. Pada 28 September 1970, beredar kabar bahwa para pelaku akan diarak oleh polisi. Ribuan warga berkumpul di kantor polisi kawasan selatan Malioboro, tetapi tak ada arakan terjadi, sebab belum ada pelaku yang ditangkap.
Ironisnya, setelah menjalani pemeriksaan medis, Sum justru ditahan. Ia dituduh menyebarkan informasi palsu istilah yang kini dikenal sebagai hoaks. Di pengadilan, ia dituntut tiga bulan penjara. Namun, Hakim Lamijah Moeljarto menolak tuntutan tersebut karena tidak menemukan bukti bahwa Sum memberikan keterangan palsu. Ia pun dibebaskan.

Kasus ini menarik perhatian Kepala Kepolisian Negara RI saat itu, Jenderal Hoegeng Imam Santoso, yang dikenal sebagai sosok polisi yang jujur. Pada Januari 1971, ia membentuk Tim Pemeriksa Sum Kuning yang dipimpin oleh Kadapol IX/Jateng, Suwardjiono. Tujuannya: mengungkap kebenaran di balik kasus yang menimpa Sum.