Aiptu Agus Riyanto Polisi Inspiratif di Balik Sekolah Gratis, ini menjadi harapan bagi sekitar 80 anak setempat dengan rentang usia 4 hingga 13 tahun.
Jakarta Barat, Indonesia jurnalis – Di tengah dinamika kehidupan kota Jakarta yang penuh tantangan, ada sosok polisi yang membawa perubahan besar bagi anak-anak di kawasan kumuh Srengseng, Kembangan, Jakarta Barat. Dialah Aiptu Agus Riyanto, Bhabinkamtibmas Polsek Kembangan Polres Metro Jakarta Barat, yang menjadi penggerak berdirinya sekolah gratis untuk anak-anak pemulung di Slum Area Kampung Balong.
Sejak pertama kali bertugas di wilayah Srengseng, Agus sering berinteraksi langsung dengan masyarakat setempat. Ia menyaksikan banyak anak usia sekolah yang tidak mendapatkan pendidikan layak karena keterbatasan ekonomi keluarga. Anak-anak ini, yang seharusnya bermain dan belajar, justru membantu orang tua mereka mengumpulkan barang bekas.
“Sebagai Bhabinkamtibmas, tugas saya tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga membantu masyarakat. Melihat banyak anak yang putus sekolah, saya merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu,” ujar Agus didampingi Kapolsek Kembangan, Kompol Moch Taufik Iksan, saat dikonfirmasi pada Minggu (12/1/2025).
Empat tahun lalu, dengan semangat dan kepedulian, Agus memulai langkah kecilnya. Ia mengumpulkan anak-anak yang tidak sekolah dan memberikan pelajaran di sebuah gubuk sederhana yang terbuat dari kayu dan tripleks. Dari sinilah, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Maju Bersama lahir.
Saat ini, sekolah gratis ini menjadi harapan bagi sekitar 80 anak setempat dengan rentang usia 4 hingga 13 tahun. Selain pendidikan agama, TPA Maju Bersama juga menyediakan program pendidikan nonformal, seperti sekolah paket, untuk anak-anak yang putus sekolah.
Yang menarik, operasional sekolah tidak mengandalkan biaya dari siswa, melainkan dari sampah yang dikumpulkan anak-anak. Botol bekas yang mereka bawa setiap dua minggu sekali dijual untuk membiayai kebutuhan sekolah.
“Karena sekolah ini berada di lingkungan pemulung, kami memanfaatkan sampah sebagai sumber pendanaan. Sampah-sampah ini dijual, dan hasilnya digunakan untuk keperluan sekolah. Dengan cara ini, anak-anak belajar untuk mandiri,” jelas Agus.